Hendri Kampai: Gertakan Hasto Buktikan Dia Terlibat Korupsi, Tahu Kok Diam?

    Hendri Kampai: Gertakan Hasto Buktikan Dia Terlibat Korupsi, Tahu Kok Diam?

    BIDIK KASUS - Di balik panggung politik yang gemerlap, ada sekelumit drama yang kerap kali membuat penonton terdiam, tetapi hanya sesaat sebelum bisik-bisik mulai berseliweran di belakang layar. Kali ini, Hasto Kristiyanto—tokoh yang dikenal dengan retorikanya yang tajam dan gestur penuh percaya diri—kembali muncul di tengah riuh politik nasional dengan sebuah gertakan. Namun, siapa sangka, gertakan ini malah menyeret bayangan suram yang selama ini mengendap di bawah permukaan, dugaan keterlibatannya dalam pusaran korupsi.

    “Ya tahu kok, tapi kenapa diam?” gumam masyarakat yang jenuh dengan drama politik. Gertakan Hasto sejatinya menyerupai potongan puzzle yang hilang. Di satu sisi, ia memperlihatkan keberanian yang menggoda untuk membuka kedok lawan politik, tetapi di sisi lain, ia seperti melangkah di atas kaca tipis yang bisa pecah kapan saja. Apa yang disembunyikan di balik gertakan itu? Apakah ini hanyalah trik politik untuk menutupi jejak?

    Bukan rahasia lagi, dalam dunia politik, siapa yang menggertak biasanya menyimpan kartu tersembunyi di balik lengannya. Tapi sayangnya, kartu itu sering kali juga menjadi bumerang. Dalam kasus ini, gertakan Hasto seolah seperti menggali lubang yang lebih dalam bagi dirinya sendiri. Bukankah semakin keras seseorang bicara, semakin besar pula ekspektasi masyarakat untuk melihat bukti? Ironisnya, bukti-bukti itu justru mengarah ke dirinya sendiri.

    Dalam konteks korupsi, gertakan semacam ini sering kali menjadi distraksi, sebuah strategi untuk mengalihkan perhatian publik dari persoalan yang lebih besar. Namun, publik Indonesia saat ini bukan lagi sekadar penonton pasif yang menelan mentah-mentah apa yang dilihat. Mereka adalah penonton kritis yang siap menyoroti setiap celah kebohongan.

    Kita perlu bertanya, jika Hasto benar-benar tahu banyak soal korupsi lawan politiknya, mengapa ia baru bersuara sekarang? Apakah ada alasan tertentu yang membuatnya diam selama ini? Ataukah ini sekadar permainan waktu untuk menjaga posisinya di panggung kekuasaan?

    Tak pelak, gertakan ini menjadi cermin besar yang memantulkan wajah politik Indonesia. Ada sesuatu yang teramat nyata di sana, korupsi bukan lagi sekadar tindakan individu, melainkan sebuah jaringan yang melibatkan banyak aktor, termasuk mereka yang berteriak paling keras soal moralitas dan transparansi.

    Hasto mungkin sedang mencoba menggertak, tetapi gertakan itu justru mengundang pertanyaan, apakah ini refleksi dari ketakutan bahwa dirinya sendiri sedang berada di ambang keterbongkaran? Di ujung narasi ini, kita hanya bisa mengingatkan bahwa keadilan selalu menemukan caranya, meski lambat. Publik tahu, diam adalah tanda, dan gertakan adalah suara mereka yang merasa terancam.

    Jakarta, 28 Desember 2024
    Hendri Kampai
    Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi

    hendri kampai hasto korupsi
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Hendri Kampai: Jangan Mengaku Jurnalis Jika...

    Artikel Berikutnya

    Update Operasi Lilin 2024, Polri :  Situasi...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Kring Serse Polsek Banyusari Datangi Toko Jamu Temukan Miras 2 Botol Kecil
    92 Siswa PSHT Bergas Naik Sabuk Hijau: Bekali Generasi Muda dengan Nilai Luhur dan Tanggung Jawab
    Hidayat Kampai: Enam Setengah Tahun untuk Tiga Ratus Triliun, Negeri Komedi Hukum
    Harapan Warga untuk Bupati Mesuji Terpilih Elfianah: Perbaikan Jalan Rusak dan Penanganan Banjir di Aji Jaya – Adi Karya Mulya
    Sambang Wilayah, Polisi Kompak Berikan Himbauan Kamtibmas

    Ikuti Kami