POLITIK - Kekuasaan sering dianggap sebagai alat yang ampuh untuk mengarahkan masyarakat menuju kesejahteraan. Sebuah amanat yang diberikan kepada pemimpin membawa tanggung jawab besar untuk berbuat baik, menegakkan keadilan, dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Kekuasaan seharusnya dimanfaatkan untuk membawa perubahan positif yang menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi semua orang, bukan sebagai sarana penindasan atau penguatan kepentingan pribadi.
Kekuasaan yang digunakan dengan bijaksana adalah kesempatan untuk berbuat baik. Pemimpin yang berkomitmen untuk kebaikan akan melahirkan kebijakan yang mensejahterakan masyarakat. Contohnya, pemimpin yang memperhatikan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial akan meningkatkan kualitas hidup rakyatnya. Mereka akan dipandang sebagai figur yang tidak hanya mengerti tetapi juga peduli, yang berani berkorban demi kebahagiaan banyak orang.
Lebih dari sekadar berbuat baik, kekuasaan juga menjadi sarana untuk menegakkan keadilan. Pemimpin yang adil adalah pemimpin yang memberikan setiap orang haknya dan tidak memilih kasih. Di bawah kepemimpinan yang adil, setiap lapisan masyarakat mendapatkan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi. Keadilan yang ditegakkan akan menciptakan rasa percaya rakyat terhadap pemimpin dan pemerintahannya, membangun masyarakat yang damai dan harmonis.
Namun, ketika kekuasaan disalahgunakan dan diwarnai oleh kezaliman, rakyat yang menjadi korban. Pemimpin yang zalim, yang menggunakan kekuasaan untuk menindas dan memperkaya diri sendiri, hanya akan menciptakan kebencian di hati rakyat. Kezaliman akan membuat rakyat merasa tak berdaya, dan lama-kelamaan akan timbul keberanian untuk melawan. Tidak sedikit sejarah yang menunjukkan bahwa kezaliman yang terus-menerus hanya akan memicu pemberontakan dan akhirnya meruntuhkan kekuasaan itu sendiri. Apa yang tampak sebagai kekuasaan yang absolut bisa berakhir dalam sekejap ketika rakyat bersatu menuntut keadilan.
Baca juga:
Kembali Gugatan Pendukung Moeldoko Kandas
|
Lebih buruk lagi, kezaliman membawa noda pada nama keluarga dan keturunan seorang pemimpin. Anak cucu dari seorang pemimpin yang zalim akan mewarisi stigma buruk dan sering kali kesulitan membersihkan nama mereka. Sejarah mencatat bahwa kezaliman akan selalu dikenang, dan nama yang tercoreng oleh kekejaman pemimpinnya akan sulit dipulihkan.
Pada akhirnya, kekuasaan adalah pilihan. Ketika seseorang diberikan kekuasaan, ia memiliki pilihan untuk menggunakan kekuasaan itu dengan bijak atau sebaliknya. Pilihan ini bukan hanya berdampak pada diri dan masa kepemimpinannya, tetapi juga pada generasi mendatang.
Baca juga:
Pendukung Anies Dideklarasikan di Banten
|
Jakarta, 14 November 2024
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi